Halaman

Minggu, 06 Januari 2013

NOVEL KEMI 1

KEMI: Cinta Kebebasan yang Tersesat

KEMI: Cinta Kebebasan yang Tersesat
zoom Zoom image
Kuliah di kota besar memang banyak resiko, terlebih ketika memperoleh beasiswa dari lembaga-lembaga yang kurang jelas siapa pemilik dan para donatur beasiswanya. Dan itulah yang dialami oleh KEMI. KEMI dimanfaatkan oleh Farsan yang telah mengajak dan memberikannya peluang KEMI bisa kuliah di Universitas Damai Sentosa. Di kampus Kemi tidak hanya kuliah seperti mahasiswa normal di kampus-kampus lainnya, namun ternyata KEMI banyak terlibat dalam Jaringan Islam Liberal yang menyamakan semua agama, dengan paham Liberalisme, Pluralisme, multikulturalisme, kesetaraan Gender, yang diperjuangkan di kampus kebebasan ini. Saat ini KEMI jauh dari ajaran agama yang diyakininya, bagi KEMI shalat itu tidak perlu dilaksanakan secara formal atau biasa kita lakukan, melainkan yang terpenting adalah shalat sosial, yang jelas-jelas salah.

Aktivitas KEMI dengan kawan-kawan sindikatnya banyak dihabiskan untuk mensukseskan proyek-proyek orang-orang liberal, KEMI dan Siti salah satu korban dari paham ini, semakin hari semakin aktif menjadi trainer-trainer pelatihan untuk menyebarkan paham-paham yang diyakininya.

Rahmat, yang juga teman KEMI, seorang santri teladan sekaligus kepercayaan Kiayi Rois, kiayi yang simpatik, karismatik, dalam ilmu dan rendah hati. Rahmat juga dipercaya menjadi pengajar di pesantrennya. Rahmat sosok pemuda yang tampan, gagah, jago bela diri, dan tentu memiliki kecerdasan yang luar biasa.

Rahmat menemukan hal yang tidak beres dengan kepergian KEMI meninggalkan pesantren. Rahmat merasa masalah KEMI bukan masalah yang sederhana, melainkan masalah serius, yang mendorongnya mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rasa kangen dengan sahabatnya dan pesan dari mimpi yang dialaminya, mendorong kuat Rahmat untuk menemui KEMI.

Pemandangan yang tidak disangka yang terjadi dalam perubahan diri sahabat karibnya. Rahmat melihat banyak keganjilan yang dialami oleh KEMI, Rahmatpun tahu apa yang sebenarnya telah merubah diri temannya itu. Dalam sebuah perbincangannya dengan KEMI Rahmat dieprtemukan dengan suasana debat yang cukup memanas, debat dari pandangan yang bertolak belakang.

Rahmat kian teguh dengan pendirianya. Begitupun KEMI merasa yakin dengan paham barunya. Paham yang menurutnya semua agama itu sama, mau Islam, Kristen, Hindu, Budha, Yahudi dll. KEMI meyakini Tuhan semua agama itu sama, hanya berbeda dari cara menusia meyakini dan menyembahnya saja. Perdebatan serupun terpaksa harus berakhir karena waktu yang telah larut malam.

Namun diakhir perdebatannya, KEMI memberikan sebuah tantangan yang cukup berat kepada Rahmat. KEMI berkeyakinan bahwa seseorang itu tergantung dari lingkungannya. Namun rahmat tidak sepakat dengan teori KEMI, akhirnya KEMI menangtang Rahmat untuk meniggalkan pesantren dan mengikuti jejak langkahnya kuliah di Universitas Damai Sentosa.

Setelah berbicara dengan Pak Kiayi Rois, dan mendapatkan bekal-bekal yang cukup banyak akhirnya Rahmat menerima tantangan KEMI. Jalan cerita yang seru, menggugah, dan ayik dinikmati. Dikisahkan bahwa dihari pertama kuliah Rahmat telah mampu membuat mati kutu Dosen dan sekaligus Rektor kampusnya Prof Abdul Malikan namanya.

Siti yang juga teman KEMI menjadi penambah seru suasana dalam novel itu. Siti anak kiayi Masyur di Banten, terpaksa jadi korban paham-paham liberal. Merasa menemukan orang yang tepat yaitu Rahmat. Siti tahu banyak tentang Rahmat. Akhirnya Siti membuka semua rahasianya kepada Rahmat, dan tentu hal ini sangat menguntungkan Rahmat. Ia mendapat banyak masukan informasi mengenai jaringan yang sedang didalaminya.

Usaha KEMI dikatakan tidak berhasil ketika Rahmat sediktipun tidak berubah dengan pemikirannya, terlebih ketika Rahmat telah mematikan pemikiran seorang Kiyai dari Jawa Barat yang telah dibuatnya bertobat setelah mengisi seminar dan akhirnya Kiayi itu meninggal seketika setelah diberikan saran untuk segera bertobat oleh Rahmat. Kejadian langka ini membuat Rahmat menjadi sering muncul di layar kaca, Rahmat jadi terkenal bahkan orang-orang kampungnya pun sampai tahu.

Perjuangan yang tak sia-sia ketika Rahmat bisa membuka sindikat jaringan Islam liberal ini yang ternyata jelas-jelas mereka hanya mementingkan nafsu dunianya, bukan utnuk menciptakan kerukunan sebagaimana yang digemakan dalam aksi-aksinya. Semua berujung ketika KEMI disiksa habis-habisan termasuk Siti yang telah lebih dulu di racun oleh Roman seorang dedengkot paham liberal yang telah memanfaatkan proyek berduit itu. Roman terpaksa harus berurusan dengan kepolisian, setelah menyiksa KEMI di Rumah Putih.

KEMI dan SITI masuk rumah sakit karena ulah Roman yang merasa kecewa karena Roman menganggap Kemi telah membawa orang yang salah. Rahmat perjuangannnya ternyata banyak sekali yang membantu. Termasuk Kiayi Rois, santri-santri dipesantrennya, Ahmad Petuah seorang redaktur sebuah surat kabar, dan juga peran Polisi bernama Tawakal yang juga merupakan murid Kiayi Rois. Semua menjadi lengkap ketika Siti bertobat dan kembali mau mengabdikan dirinya di pesantren. Kisah akhir yang memilukan ketika KEMI terpaksa harus kehilangan semua memorinya dan membuat ia hidup tidak normal. Sementara Siti harus berbahagia karena ia telah menjadi seorang ustadzah yang mengabdikan sisa hidupnya di pesantren.

Inti pesan dari novel ini adalah bagaimana kita sebagai orang Islam yang harus senantiasa berhati-hati dengan semua godaan dan tawaran-tawaran finansial ataupun pemikiran baru dari orang-orang yang jelas-jelas ingin merusak akidah kita sebagai muslim. Mereka berkata-kata dengan sangat halus dan indah, mereka sungguh menggoda, dunia bisa menyilaukan kita, hati-hati karena syaitan ada dimana-mana. Paham liberal kian meluas, mereka mulai menjajahi pola pikir dan kurikulum pendidikan kita, mari kita bendung dengan ilmu dan iman agar kita dan Islam bisa selamat.

”Selamat membaca karya yang jarang ada bahkan belum pernah ada sebelumnya. Untuk para pemuda mari kita berjuang semoga bisa seperti Rahmat yang berjuang untuk menegakan kebenaran yang hakiki”.
Price: 55000.00 Rp

1 komentar: